Laman

Rabu, 16 Mei 2012

Tuberculosis


A.    Penjelasan TB Paru
1.      Definisi
Tubekulosis adalaha penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberkulosis (Keliat, 2004). Penularan kuman ini melalui udara mulai beberapa menit sampai jam setelah dikeluarkan oleh penderita sewaktu batuk, bersin, menyanyi dan berbicara dan orang yang terpapar akan terinfeksi (Alsagaff dan Mukty, 2006)

2.      Epidemiologi
Mycobacterium Tuberkulosis telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia, menurut WHO sekitar 9 juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian 3 juta orang per tahun (WHO, 1997). Di Indonesia khususnya sumatera utara tahun 2006 data jumlah terduga penderita Tb paru mencapaia angka 34.329 ORANG dengan temuan terbanyak 156,408 orang. Tahun 2007 dari jumlah terduga sebanyak 204,171 tetapi terduga yang ditemukan hanya 117,136 orang (Antonio, 2008)

3.      Etiologi
Mycobacterium tuberculosis merupakan penyebab Tb paru, kuman ini bersifat aerob sehingga sebagian besar kuman menyerang jaringan yang memiliki konsentrasi tinggi seperti paru -  paru. Tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya seperti usus, kelenjar getah bening (limfe), tulang, kulit, otak, ginjal dan lainnya serta dapat emnyebar ke seluruh tubuh. (Aditama, 1994; Reeves, dkk, 2001)
Kuman Tb berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam dan pewarnaan sehingga disebut Basil Tahan Asam (BTA). Kuman ini dapat cepat mati dengan sinar matahari langsung selama beberapa menit tetapi dapat bertahan beberapa jam pada tempat yang lembab. Dalam jaringan tubuh kumana ini dapat dormant (tertidur) selama beberapa tahun. (DepKes, 2002)

4.      Gambaran Klinik
Gambaran klinik dapat dibagi atas dua golongan yaitu gejala sistemik dan gejala respiratorik. Gejala sistemik adalah demam pada sore dan malam hari yang merupakan gejala awal terjadinya penyakit TB dan malaise. Sedangkan gejala respiretorik adalah batu teru – menerus selama 3 minggu atau lebih. Gejala tambhan : batuk darah, sesak nafas, nyeri dada, berat badan menurun, keringat malam hari, demam meriang lebih dari sebulan (Aditama 2002)


5.      Cara Penularan
Sumber penularan adalah penderita BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau terkena droplet tersebut dan masuk ke saluran pernafasan. Setelah kuman TB masuk ke dalam tubuhdan terus menyebar dari paru ke organ tubuh lainnya melalui system peredaran darah, system saluran limfe, saluran nafas dan penyebaran langsung ke bagian – bagian tubuh lainnya (DepKes RI 2002)
Daya penularan dari seorang penderita, ditentukan banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negative (tidak tahan asam) maka penderita tersebut dianggap tidak menular (DepKes RI 2002)

6.      Resiko Penularan
Resiko penularan (Annual Risk Tuberculosis Infection) di Indonesia dianggap cukup tinggi dengan variasi 1 – 3%. Bila suatu daerah ARTI sebesar 1% berarti setiap tahun dari 1000 orang ada 10 orang yang terinfeksi dan dari 10 orang dapat diperkirakan daerah tersebut setiap 100 penduduk rata – rata satu orang penderita per tahun (DepKes 2005)

7.      Penemuan Penderita TB
Penemuan penderita TB paru dilakukan secara pasif, artinya penjaringan tersangka penderita dilaksanakan pada mereka yang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan. Penemuan secara pasif tersebut didukukng dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat, untuk meningkatkan cakupan tersangka penderita. Cara ini biasa dikenal dengan sebutan Passive Promotif Case Finding. Selain itu semua kontak TB BTA positif dengan gejala yang sama, harus diperiksa dahaknya. Semua tersangka penderita harus diperiksa 3 spesimen dahak dalam 2 hari brturut – turut yaitu sewaktu pagi, sewaktu (SPS) (DepKes RI, 2005)

8.      Diagnosa TB
TB dapat ditegakan dengan ditemukan BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga specimen SPS BTS hasilnya positif. Bila hanya satu specimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan dahak SPS diulangi. Apabila fasilitas memungkinkan maka dapat dilakukan pemeriksaan lainseperti biakan. Bila ketiga specimen hasilnya negative diberikan antibiotic  spectrum luas selama 1 – 2 minggu. Bila tidak ada perubahan, namun gejala mencurigakan TB ulangi pemeriksaan dahak SPS. Kalau SPS positif didiagnosis sebagai penderita TB BTA positif. Kalau hasil SPS negative lakukan pemerikasaan foto rontgen dada untuk mendukung diagnosis TB. Bila hasil rontgen mendukung TB, didiagnosis penderita TB BTA negative rontgen positif. Sedangkan bila rontgen negative maka penderita tersebut bukan penderita TB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar