Laman

Minggu, 08 April 2012

Thales


1.       Thales

Seperti juga dengan pujangga-pujangga Grik yang lain itu, tarikh lahirnya tidak diketahui orang dengan pasti. Banyak orang menyebut masa hidupnya dari tahun 635-545 sebelum Masehi. Thales terbilang salah seorang yang pandai dari tujuh yang terkenal di cerita-cerita lam Yunani. Yang lain-lain itu bernama Solon, Bias, Pittakos, Chilon, Periandos, dan Kleobulos. Mereka terkenal karena petuahnya yang pendek-pendek, seperti “kenali dirimu” , “segalanya berkira-kira” , “ingat akhirnya”, “tahan amarahmu” dan banyak lagi lainnya.
Menurut ceritanya, Thales adalah eorang audagar yang banyak berlayar ke negeri Mesir. Ia juga seorang ahli politik yang terkenal di Miletos. Pada masa itu masih ada kesempatan baginya untuk belajar ilmu matematik dan ilmu astronomi. Ada cerita yang mengatakan bahwa Thales menggunakan kepintarannya sebagai ahli nujum. Dengan jalan itu ia menjadi kaya raya. Pada suatu waktu dinujumkannya aka nada gerhana matahari pada bulan itu dan tahun itu. nujumnya itu kena benar. Terjadi gehana matahari di tahun 585 SM. Hal itu menunjukan bahwa ia mengetahui ilmu matematik orang Babylonia yang sangat terkenal waktu itu.
Ada pula cerita yang mengatakan bahwa Thales sangat menyisihkan diri dari pergaulan. Ia sering berpikir dan pikirannya terikat kepada alam semesta. Pada suatu hari Thale pergi berjalan-jalan. Matanya asik memandang ke atas. Melihat keindahan alam di langit. Tanpa disadari ia jatuh ke lubang. Lalu, seorang perempuan menertawakannya dan berkata, “Hai Thales, jalan di langit kau ketahui tapi jalanmu di atas bumi tak kau ketahui.”
Sungguh Thales bisa dibilang bapak filosofi Yunani, sebab dialah filosof pertama. Ia tak pernah meninggalkan pelajaran yang dituliskannya sendiri. Filosofinya diajarkan dari mulut saja. Dan dikembangkan dari mulut ke mulut oleh murid-muridnya. Kemudian Aritoteles menuliskannya.
Menurut keterangan Aristoteles, kesimpulan ajaran Thales ialah “semuanya itu air”. Air yang cair itu adalah pangkal, pokok, dan dasar segala-galanya. Semua benda terjadi karena air dan semuanya kembali ke air. Dengan begitu Thales mendapat tentang soal besar yang selalu menjadi pertanyaan : “apa asal alam ini?” , “Apa yang menjadi penyebab yang ada menjadi tiada?”
Untuk mencari sebab yang ada menjadi tidak ada itu, dia tak menggunakan takhyul atau kepercayaan umum di waktu itu melainkan menggunakan akal. Dengan berdasarkan penglaman yang dilihatnya sehari-hari dijadikannya pikiranya untuk menyusun bangun alam. Sebagai orang pesisir dapat dilihatnya setiap hari, betapa air laut menjadi sumber hidup. Dan di Mesir dilihatnya betapa nasib rakyat bergantung pada air di sungai Nil. Air di sungai Nil itulah yang menyuburkan tanah sepanjang alirannya, sehingga dapat didiami oleh manusia. Jika tidak ada sungai Nil yang melimpahkan airnya itu ke darat, negeri Mesir kembali jadi padang pasir. Sebagai seorang saudagar pelayar Thales melihat kemegahan air laut yang membuatnya takjub. Sewaktu-waktu iar laut itu menggulung dan menghanyutkan. Ia memusnahkan serta menghidupkan. Disini dihapuskannya yang hidup. Tetapi bibit dan buah kayu-kayuan yang ditumbangkanya itu hanyut dan diantarannya ke pantai lain. Bibit dan buah itu tumbuh disana dan menjadi tanaman hidup.
Demikianlah laut menyebarkan bibt ke seluruh dunia, yang menjadi dasar penghidupan. Semuanya itu terpikir oleh Thales. Air yang tak ada putusnya itu dilihatnya dalam pelayaran, berpengaruh besar atas pikiran dan pandangannya tentang alam.
“Semuanya itu air!” katanya. Dalam perkataan itu tersimpul, dengan sengaja atau tidak, suatu pandangan yang dalam yaitu bahwa “semuanya itu satu”.
Pada masa itu, selagi dunia penuh dengan takhyul dan kepercayaan dengan yang ajaib-ajaib. Buah pikirannya mengatakan bahwa yang lahir itu tidak banyak meliankan satu, tidak dangkal makannya. Pikirannya itu membuka mata tentang bangun alam dan menyingkapkan selimut yang selama ini menutupi kalbul manusia. Benar atau tidak pandangannya itu, tidak menjadi dalil disini. Yang dinyatakannya Cuma kelanjutan pikirannya, yang memerdekakan akal daripada belenggu takhyul dan dongeng.
Bagi Thales, air adalah penyebab yang pertama dari segala yang ada dan yang jadi. Tetapi juga menjadi akhir yang ada dan yang jadi itu.  Di awal air diujung air. Air sebab yang penghabisan. Asal air, pulang ke air. Air yang satu itu merupakan bingkai dan juga isi. Atau dengan perkataan filosofi, ai adalah subtract (bingkai) dan substansi (isi) kedua-duanya.
Dalam pandangan Thales tak ada jurang yang memisahkan hidup dengan mati. Semuanya satu! Dan sebagai orang menurut masanya, ia percaya bahwa segala benda itu berjiwa. Benda itu bisa berubah rupanya, bisa bergerak, bisa timbul dan hilang, semuanya itu atas kodratnya sendiri.
Kepercayaan batin Thales masih animism. Animisme adalah kepercayaan, bahwa bukan saja benda yang hidup saja yang mempunyai jiwa, benda yang mati pun punya. Kepercayaannya  kesana diperkuat oleh pengalaman. Besi berani yang digosok sampai panas menarik barang yang dekat padanya. Ini dipandangnya mempunyai kodrat tanda berjiwa.
Sekian tentang filosofi Yunani yang pertama itu. pandangan pikirannya menyatukan semua pada air. Air asal dan akhir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar