1. Pengertian
AIDS
adalah singakatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. Jika diterjemahkan
secara bahasa; Acquired artinya didapat, jadi bukan merupakan penyakit
keturunanan, Immune berarti system kekebalan tubuh, deficiency artinya
kekurangan, sedangkan Syndrome artinya kumpulan gejala (Arjatmo T, 2001)
AIDS
(Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit akibat
menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh infeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Arjatmo T, 2001)
Penyakit
AIDS merupakan istilah yang menunjukan kondisi tubuh manusia yang sudah
terinfeksi HIV. Sebenarnya AIDS bukan penyakit (desease) tetapi merupakan suatu
kumpulan dari berbagai kondisi yang terjadi pada diri seseorang yang sudah
terinfeksi HIV. Dengan kata lain, lebih tepat AIDS disebut sebagai sindrom yang
merupakan kumpulan gejala – gejala berbagai penyakit dan infeksi. Adapun orang
yang terinfeksi HIV disebut sebagai Odha (Orang dengan HIV/AIDS), Ohida (Orang
yang hidup dengan HIV/AIDS), yaitu Odha sendiri, keluarga serta lingkungan.
Tetapi belakangan istilah disepakati untuk menyebutkan keduanya (Odha dan
Ohida) adalah cukup dengan Odha.
Dari
beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penyakit AIDS adalah penyakit
yang disebabkan virus HIV yang menyerang system kekebalan tubuh manusia.
2. Etiologi
HIV
merupakan retrovirus penyebab penyakit defisiensi imun ini. HIV ditemukan oleh
Montagnier dkk pada tahun 1983.
Retrovirus merupakan
suatu virus RNA yang mampu membuat DNA dan RNA dengan pertolongan enzim,
reverse transcriptase yang kemudian disisipkan ke DNA sel hospessebagai mesin
genetic. Dengan demikian virus mampu menggunakan mesin reflikatif sel hospes
untuk memproduksi, baik dirinya maupun berbagai zat yang ternyata dapat
mentransformasikan sel hospes menjadi sel maligna.
Pertimbangan
bahwa retrovirus sebagai rumor virus RNA, dianggap sebagai kandidat virus
penyebab yang paling pantas, di dasarkan atas beberapa alasan berikut:
a. Beberapa
retrovirus mempunyai tropisma spesifik terhadap limfosit T – Helper
b. Retrovirus
adalah blood-borne
c. Beberapa
retrovirus dapat menimbulkan immunodefisiensi pada binatang, sebagai contoh ialah
: virus leukemia felin dapat menyebabkan immunodefisiensi padda kucing
(feline-AIDS) dan suatu ledakan spontan penyakit pada kera (simian AIDS atau
SAIDS) mempunyai persamaan dengan AIDS yang disebabkan retrovirus
d. Pada
manusia suatu kelompok retrovirus yang dikenal sebagai T – cell leukemia virus
(HTLV) mempunyai hubungan dengan keganasan limfosit T dan dapat memproduksi sel
– T secara berlebihan dengan memnyebabkan leukemia
3. Patogenesis
HIV masuk tubuh manusia
terutama melalui darah, semen dan secret vagina, serta transmisi dari ibu ke
anak. Tiga cara penularan HIV adalah sebagai berikut :
a. Hubungan
seksual, baik secara vagina, oral maupun anal dengan seorang pengidap. Hal ini
adalah cara yang paling umum terjadi, meliputi 80 – 90% total kasus sedunia
b. Kontak
langsung dengan darah, produk darah, atau jarum suntik. Transfuse darah/produk
darah yang tercemar mempunyai resiko sampai > 90%, ditentukan 3 – 5% total
kasus sedunia. Pemakaina jarum suntik tidak steril atau pemakaian bersama jarum
suntik dan spuitnya pada pecandu narkotik beresiko 0,5 – 1%, ditentukan 5 – 10%
total kasus sedunia. Penularan melalui kecelakaan tertusuk jarum pada petugas
kesehatan mempunyai resiko 0,5% dan mencakup < 0,1% total kasus sedunia.
c. Transmisi
secara vertical dari ibu hamil mengidap HIV pada bayinya melalui plasenta.
Resiko penularan dengan cara ini 25 – 40% dan terdapat <0,1% kasus sedunia.
Setelah
masuk tubuh, virus menuju ke kelenjar limfe dan berada dalam sel dendritik
selama beberapa hari kemudian terjadi sindrom retroviral aku=t seperti flu
(serupa infeksi mononucleosis) disertai vivernia hebat dengan keterlibatan
berbagai kelenjar limfe. Pada tubuh, timbul respon imun humoral maupun selular.
Sindrom ini akan hilang sendiri setelah 1 – 3 minggu. Kadar virus yang tinggi dalam
darah dapat diturunkan oleh system imun tubuh. Proses ini berlangsung selama
berminggu – minggu sampai terjadi keseimbangan antara pembentukan virus baru
dan upaya eliminasi ileh respon imun. Titik keseimbangan yang disebut sel point
ini penting karena menentuka perjalanan penyakit selanjutnya. Bila tinggi,
perjalanan penyakit menuju AIDS akan berlangsung lebih cepat.
Sekoroversi
(perubahan antibody negative menjadi positif) terjadi 1 – 3 bulan setelah
infeksi, tetapi pernah juga dilaporkan sampai 8 bulan. Kemudian pasian akan
memasuki masa tanpa gejala. Dalam masa ini terjadi penurunan bertahap jumlah
CD4 (jumlah normal 800 – 1000/mm2) yang terjadi setelah replikasi
persisten HIV dengan kadar RNA virus relative konstan. CD4 adalah reseptor pada
limfosit T4 yang menjadi target sel utama HIV.
Limfosit
T4 mengatur reaksi sistem kekebalan manusia. Limfosit T4 memulai dan
mengarahkan untuk pengenalan dan pemusnahan agen asing (termasuk virus). Namun
justru sel inilah yang di infeksi dan kemudian dirusak oleh HIV. Karena proses
infeksi dan pengambilan aliran sel T4 mengakibatkan kelainan dari kekebalan,
maka ini memungkinkan berkembangnya neoplasma dan infeksi oportunistik.
Pada
awalnya penurunan jumlah CD4 sekitar 30 – 40/mm3/tahun, tapi pada
tahun terakhir penurunan jumlah menjadi 50 – 100/mm3 sehingga bila
tanpa pengobatan rata – rata masa infeksi HIV sampai menjadi AIDS adalah 8 – 10
tahun, dimana jumlah CD4 akan mencapai kurang dari 200/mm3.
Tahapan
perjalanan HIV/AIDS : sesudah terjadi ninfeksi virus HIV, awalnya tidak
memperlihatkan gejala – gejala khusus, baru beberapa minggu sesudah itu orang
yang terinfeksi sering kali menderita penyakit ringan sehari – hari seperti flu
dan diare. Selain itu penderita juga sering merasa tidak sehat meski dari luar
nampak sehat. Keadaan penderita yang terinfeksi ini bisa disebut dengan sindrom
HIV akut. Gejala ini serupa dengan gejala infeksi virus pada umumya yaitu
berupa demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, mialgia (pegal – pegal dibadan),
pembesaran kelenjar dan rasa lemah. Pada sebagian orang, infeksi dapat berat
disertai kesadaran menurun. Sindrom ini biasanya akan menghilang dalam beberapa
minggu. Dalam waktu 3 – 6 bulan kemudian, tes serologi baru akan positif,
karena telah terbentuk anti bodi. Masa 3 – 6 bulan ini disebut window periode,
dimana penderita dapat menularkan namun secara laboratorium hasil tes HIV-nya
masih negative. Setelah melalui infeksi primer penderita akan masuk kedalam
masa tanpa gejala. Pada masa ini virus terus berkembang biak secara progresif
di kelenjar limfe. Masa ini berlangsung cukup panjang yaitu 5 – 10 tahun,
setelahmasa ini pasian akan masuk ke fase full blown AIDS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar