Laman

Rabu, 16 Mei 2012

Konsep Dasar HIV/AIDS

1.      Pengertian
AIDS adalah singakatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. Jika diterjemahkan secara bahasa; Acquired artinya didapat, jadi bukan merupakan penyakit keturunanan, Immune berarti system kekebalan tubuh, deficiency artinya kekurangan, sedangkan Syndrome artinya kumpulan gejala (Arjatmo T, 2001)
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Arjatmo T, 2001)
Penyakit AIDS merupakan istilah yang menunjukan kondisi tubuh manusia yang sudah terinfeksi HIV. Sebenarnya AIDS bukan penyakit (desease) tetapi merupakan suatu kumpulan dari berbagai kondisi yang terjadi pada diri seseorang yang sudah terinfeksi HIV. Dengan kata lain, lebih tepat AIDS disebut sebagai sindrom yang merupakan kumpulan gejala – gejala berbagai penyakit dan infeksi. Adapun orang yang terinfeksi HIV disebut sebagai Odha (Orang dengan HIV/AIDS), Ohida (Orang yang hidup dengan HIV/AIDS), yaitu Odha sendiri, keluarga serta lingkungan. Tetapi belakangan istilah disepakati untuk menyebutkan keduanya (Odha dan Ohida) adalah cukup dengan Odha.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penyakit AIDS adalah penyakit yang disebabkan virus HIV yang menyerang system kekebalan tubuh manusia.
2.      Etiologi
HIV merupakan retrovirus penyebab penyakit defisiensi imun ini. HIV ditemukan oleh Montagnier dkk pada tahun 1983.
Retrovirus merupakan suatu virus RNA yang mampu membuat DNA dan RNA dengan pertolongan enzim, reverse transcriptase yang kemudian disisipkan ke DNA sel hospessebagai mesin genetic. Dengan demikian virus mampu menggunakan mesin reflikatif sel hospes untuk memproduksi, baik dirinya maupun berbagai zat yang ternyata dapat mentransformasikan sel hospes menjadi sel maligna.
Pertimbangan bahwa retrovirus sebagai rumor virus RNA, dianggap sebagai kandidat virus penyebab yang paling pantas, di dasarkan atas beberapa alasan berikut:
a.       Beberapa retrovirus mempunyai tropisma spesifik terhadap limfosit T – Helper
b.      Retrovirus adalah blood-borne
c.       Beberapa retrovirus dapat menimbulkan immunodefisiensi pada binatang, sebagai contoh ialah : virus leukemia felin dapat menyebabkan immunodefisiensi padda kucing (feline-AIDS) dan suatu ledakan spontan penyakit pada kera (simian AIDS atau SAIDS) mempunyai persamaan dengan AIDS yang disebabkan retrovirus
d.      Pada manusia suatu kelompok retrovirus yang dikenal sebagai T – cell leukemia virus (HTLV) mempunyai hubungan dengan keganasan limfosit T dan dapat memproduksi sel – T secara berlebihan dengan memnyebabkan leukemia
3.      Patogenesis
HIV masuk tubuh manusia terutama melalui darah, semen dan secret vagina, serta transmisi dari ibu ke anak. Tiga cara penularan HIV adalah sebagai berikut :
a.       Hubungan seksual, baik secara vagina, oral maupun anal dengan seorang pengidap. Hal ini adalah cara yang paling umum terjadi, meliputi 80 – 90% total kasus sedunia
b.      Kontak langsung dengan darah, produk darah, atau jarum suntik. Transfuse darah/produk darah yang tercemar mempunyai resiko sampai > 90%, ditentukan 3 – 5% total kasus sedunia. Pemakaina jarum suntik tidak steril atau pemakaian bersama jarum suntik dan spuitnya pada pecandu narkotik beresiko 0,5 – 1%, ditentukan 5 – 10% total kasus sedunia. Penularan melalui kecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan mempunyai resiko 0,5% dan mencakup < 0,1% total kasus sedunia.
c.       Transmisi secara vertical dari ibu hamil mengidap HIV pada bayinya melalui plasenta. Resiko penularan dengan cara ini 25 – 40% dan terdapat <0,1% kasus sedunia.
Setelah masuk tubuh, virus menuju ke kelenjar limfe dan berada dalam sel dendritik selama beberapa hari kemudian terjadi sindrom retroviral aku=t seperti flu (serupa infeksi mononucleosis) disertai vivernia hebat dengan keterlibatan berbagai kelenjar limfe. Pada tubuh, timbul respon imun humoral maupun selular. Sindrom ini akan hilang sendiri setelah 1 – 3 minggu. Kadar virus yang tinggi dalam darah dapat diturunkan oleh system imun tubuh. Proses ini berlangsung selama berminggu – minggu sampai terjadi keseimbangan antara pembentukan virus baru dan upaya eliminasi ileh respon imun. Titik keseimbangan yang disebut sel point ini penting karena menentuka perjalanan penyakit selanjutnya. Bila tinggi, perjalanan penyakit menuju AIDS akan berlangsung lebih cepat.
Sekoroversi (perubahan antibody negative menjadi positif) terjadi 1 – 3 bulan setelah infeksi, tetapi pernah juga dilaporkan sampai 8 bulan. Kemudian pasian akan memasuki masa tanpa gejala. Dalam masa ini terjadi penurunan bertahap jumlah CD4 (jumlah normal 800 – 1000/mm2) yang terjadi setelah replikasi persisten HIV dengan kadar RNA virus relative konstan. CD4 adalah reseptor pada limfosit T4 yang menjadi target sel utama HIV.
Limfosit T4 mengatur reaksi sistem kekebalan manusia. Limfosit T4 memulai dan mengarahkan untuk pengenalan dan pemusnahan agen asing (termasuk virus). Namun justru sel inilah yang di infeksi dan kemudian dirusak oleh HIV. Karena proses infeksi dan pengambilan aliran sel T4 mengakibatkan kelainan dari kekebalan, maka ini memungkinkan berkembangnya neoplasma dan infeksi oportunistik.
Pada awalnya penurunan jumlah CD4 sekitar 30 – 40/mm3/tahun, tapi pada tahun terakhir penurunan jumlah menjadi 50 – 100/mm3 sehingga bila tanpa pengobatan rata – rata masa infeksi HIV sampai menjadi AIDS adalah 8 – 10 tahun, dimana jumlah CD4 akan mencapai kurang dari 200/mm3.
Tahapan perjalanan HIV/AIDS : sesudah terjadi ninfeksi virus HIV, awalnya tidak memperlihatkan gejala – gejala khusus, baru beberapa minggu sesudah itu orang yang terinfeksi sering kali menderita penyakit ringan sehari – hari seperti flu dan diare. Selain itu penderita juga sering merasa tidak sehat meski dari luar nampak sehat. Keadaan penderita yang terinfeksi ini bisa disebut dengan sindrom HIV akut. Gejala ini serupa dengan gejala infeksi virus pada umumya yaitu berupa demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, mialgia (pegal – pegal dibadan), pembesaran kelenjar dan rasa lemah. Pada sebagian orang, infeksi dapat berat disertai kesadaran menurun. Sindrom ini biasanya akan menghilang dalam beberapa minggu. Dalam waktu 3 – 6 bulan kemudian, tes serologi baru akan positif, karena telah terbentuk anti bodi. Masa 3 – 6 bulan ini disebut window periode, dimana penderita dapat menularkan namun secara laboratorium hasil tes HIV-nya masih negative. Setelah melalui infeksi primer penderita akan masuk kedalam masa tanpa gejala. Pada masa ini virus terus berkembang biak secara progresif di kelenjar limfe. Masa ini berlangsung cukup panjang yaitu 5 – 10 tahun, setelahmasa ini pasian akan masuk ke fase full blown AIDS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar